Sabtu, 27 Oktober 2018

TEKNIK MEMBATIK





WORK SHOP BATIK
DI SMAN I TRAWAS
MOJOKERTO – JAWA TIMUR


1.                  Arti Kata  Batik
Secara etimologi  Kawindra Susanto membahas tentang arti kata batik, bahwa kata Batik berasal dari kata “ Tik” yang berarti kecil. Hal ini identik dengan kebiasaan  orang  Jawa dalam  menyebut sesuatu yang bersifat kecil, misalnya benthik, yaitu persinggungan kecil dua buah benda,  klithik yang berarti warung kecil,  jenthik yaitu jari kelingking, dan lain-lain.
 Ditinjau dari perbendaharaan  bahasa Jawa, “mbatik”  dari  dua kata Jawa ngoko yang berlainan arti yaitu “mbat” dari kata ngembat yang berarti memainkan, menarik (busur, melayangkan tombak), mengerjakan bersama-sama, mempertimbangkan, mencoba pikulan (kuat tidaknya). Sedangkan “tik” dari kata “nitikyang berarti memberi titik, mencari barang yang hilang, mengetahui ciri-cirinya: nama macam batik[1]. Dalam bahasa Jawa penyatuan dua kata yang berlainan arti disebut “jarwodosok” (dipadatkan), yaitu  dengan mengambil suku kata terakhir dari dua kata tersebut yang membentuk  kata baru dan mempunyai arti baru pula.
Poerwodarminto kata batik dalam kamusnya diartikan:
Batik 1; kain dan sebagainya yang bergambar (bercorak,beragi) yang membuatnya dengan cara tertentu (mula-mula ditulis atau ditera dengan lilin lalu diwarnakan dengan tarum dan soga). Misal: memakai kain -- dari Solo -- : --- ditulis –an (seratan), batik yang ditulis (diserat) bukan cap (dicetak):-- cap, batik yang dicetak (dicap): Perusahaan----, perusahaan yang membuat kain – batik. [2]
Sehingga dari uraian diatas Batik dapat diartikan: kain bermotif/bercorak yang proses pembuatannya dengan menggunakan teknik tutup celup, dengan menggunakan alat canthing dan lilin batik sebagai perintang warna.
Tutup, artinya menutup permukaan kain dengan lilin menggunakan alat canthing pada bagian-bagian yang direncanakan  tidak terkena warna.
Celup, maksudnya mencelup, memberi warna pada batikan (kain yang sudah dibatik) dengan cara mencelupkan  (memasukan)  kedalam zat warna (dingin).

2.                  JENIS  BATIK
Mengacu pada definisi diatas, maka kain batik adalah kain bermotif/bercorak yang proses pembuatannya dengan cara di serat (di tulis) atau dibatik dengan menggunakan alat canthing dan lilin batik sebagai bahan perintang warna, dikenal sebagai batik tulis. Pada perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan akan sandang yang semakin meningkat, ditemukan alat cap sebagai pengganti canthing. Kain yang dihasikan dikenal dengan nama batik cap


Perbedaan batik tulis dengan batik cap terletak pada alat yang digunakan. Batik Cap menggunakan alat cap/stempel dari bahan tembaga, permukaannya dibuat motif sesuai dengan motif yang direncanakan/dikehendak. Bahan perintang warna dipakai lilin batik seperti pada batik tulis. Demikian juga bahan warna dan proses pewarnaannya sama dengan batik tulis
Motif-motif batik cap tidak berbeda dengan batik tulis, seperti motif sidoluhur, motif semen rama, motif tambal, dan sebagainya.
Hal ini perlu diketahui dan dipahami agar tidak keliru dengan kain cita bermotif batik, yang banyak berkembang akhir-akhir ini. Kain cita diproses dengan teknik printing atau sablon jadi bukan batik.
            Ditemukannya alat cap, maka kreatifitaspun mucul yaitu menggabungkan 2 teknik tersebut kemudian dikenal batik kombinasi, yaitu kain batik yang proses pembuatannya di cap terlebih dahulu pada motif utama atau pada klowongan, kemudian pada bagian isen – isen dibatik dengan canthing. Proses selanjutnya sama seperti proses batik tulis atau batik cap. Dengan demikian dari segi teknik pembatikan dikenal 3 macam yaitu: batik tulis, batik cap dan batik kombinasi.
 PENGGOLONGAN POLA BATIK
Secara garis besar pola batik di bagi menjadi dua:
1.                  Pola-pola Geometris
2.                  Pola-pola  Semen

1.      Pola Geometris
Pola – pola batik yang tersusun dari motif-motif terukur seperti: segi tiga, segi empat, lingkaran dan sebagainya, meskipun dalam penggambarannya/bentuknya tidak ansih bentuk-bentuk geometri sebenarnya, tetapi kesan yang ditangkap indra mata adalah bentuk-bentuk geometri. Pola-pola yang termasuk Geometris[1] yaitu:
Pola Banji , Ceplok/ceplokan, Ganggong, Kawung, Parang
1. Pola Banji
 Pola Banji  dalam Batik mempunyai berbagai macam bentuk. Mulai dari yag sederhana berupa tanda simpang empat (+), bagian ujungnya ada tambahan garis ke kiri dan ke kanan sehingga tampak  semacam ruas yang disebut swastika. Swastika dalam  bahasa sanksekerta mempunyai arti kebahagiaan, makmur. Dari motif swastika yang sederhana diperoleh berbagai macam  pola
2. Pola Ceplok
 Ceplok diartikan mirip dengan  buah manggis, kembang/bunga cengkeh (benda-benda yang ditiru/digambar) Pola ceplok terdiri dari unsur garis yang membentuk lingkaran, segi empat, jajaran genjang, empat persegi panjang, segi tiga  dan bentuk geometri lain. Namun bentuk-bentuk tersebut sebenarnya merupakan stilasi dari benda- benda yang ada di alam, seperti: tumbuh-tumbuhan, binatang, alam benda, dan lain sebagainya. Sehingga motif ceplok merupakan pola-pola yang mirip dengan benda-benda yang diacu atau yang digambar/ditiru. Misalnya; kembang gambir, kembang cengkeh, kapas baris, kembang waru, ceplok manggis, sidomukti, sidoluhur dan sebagainya.
3. Pola Ganggong  
Ganggong, merupakan tanaman yang tumbuh di rawa-rawa, karena bentuknya yang mirip serat seperti bunga, sehingga ada kalanya dibuat untaian /dironce. Oleh karena itu motif ganggong mirip dengan ceplok. Pola ganggong tidak hanya stilasi dari tumbuh-tumbuhan, tetapi juga unsur lain selain tumbuh-tumbuhan. Sulit untuk membedakan dengan ceplok, sehingga seringkali dimasukan dalam kelompok ceplok. Contohnya Ganggong bronto, ganggong jubin, ganggong wibowo, ganggong curigo, dll.
4. Pola Kawung.
Pola kawung dapat juga dimasukan dalam pola ceplok, tetapi karena bentuknya yang khas, sehingga dibahas/ atau dikelompokan sendiri. Nama kawung sendiri diambil dari kowang atau kewangwung yaitu sejenis serangga kumbang kelapa yang bentuknya oval. Namun ada juga  pendapat bahwa kawung dari nama kawung atau kaung yaitu daun pohon aren yang berbuah kolang-kaling. Buah kolang-kaling berbentuk bulat panjang (oval) berwarna putih bening. Variasi dari motif kawung tidak begitu banyak, variasi dilakukan hanya pada permainan ukuran besar kecildan hiasan lainnya. Mis; kawung picis, kawung sen, dll

 5. Parang: Motif - batik yang mengacu pada pola-pola garis miring dan yang menjadi ciri khas terdapat unsur motif: alis-alisan,  mata gareng, bagongan, sirapan, mlinjon dan uceng. Meskipun kadang ada motif parang yang tidak memasukan semua unsur-unsur tersebut hanya beberapa unsur saja misalnya bagongan saja, tanpa uceng, tanpa mlinjon, dsb.Contoh parang kusumo, parang rusak, parang barong, dsb.
6. Motif anyaman: Moti batik yang mengacu pada bentuk anyaman.atau tenunan.
1.                  Pola Semen.
Semen ada yang menyebut motif kembang, karena motifnya diambil dari tumbuh-tumbuhan yang pada umumnya kembang atau bunga. Kata Semen sendiri dari bahasa Jawa yaitu dari kata semi, artinya pertumbuhan daun-daun pada tanaman. Pola semen adalah hiasan bunga-bunga dan hiasan daun-daunan yang dalam bentuk gambarnya terdapat tunas-tunas melingkar. Seringkali dikombinasi dengan motif binatang atau bentuk-bentuk lain seperti awan, rumah/joli, lar, galar dan sebagainya.[1]
Pola semen  dari unsur motifnya dapat dibedakan :
Semen yang terdiri dari bunga dan daun
Semen yang terdiri dari lar-laran dan bunga
Semen yang terdiri dari, bunga dan binatang[2]
Contoh motif semen; alas-alasan, semen  kukila, babon angrem, wahyu  tumurun, dsb.  

II. ALAT DAN BAHAN.
Membuat batik diperlukan alat dan bahan.
Bahan dikelompokan menjadi :
1.                  Bahan dasar/pokok,
Yaitu kain atau kayu (topeng, dsb) yang akan dibatik. Dimasa sekarang banyak dikenal bermacam-macam jenis kain, tetapi tidak semua kain dapat dibatik. Kain yang dapat dibatik adalah kain yang dapat menyerap zat warna dengan baik, lilin malam dapat menempel dengan baik, tahan dalam air panas. Pada umumnya kain yang dipakai untuk batik; kain sutera dan kain dari bahan kapas dikenal dengan kain katun. Kain katun dibedakan menurut kwalitasnya yaitu primissima jenis kwalitas yang halus, prima jenis yang menengah dan kain biru jenis kwalitas yang jelek.
Pada perkembangannya teknik batik tidak hanya diterapkan pada kain saja tetapi juga pada kayu. Hampir semua jenis kayu dapat dibatik, tetapi pada umumnya kayu yang dibatik adalah kayu sengon, warna kayunya putih dan menyerap warna. Kayu jati warna kayu agak lebih gelap tetapi dapat menyerap warna dengan  baik, kayu kuda yang biasa dipakai untuk membuat topeng warnanya putih dan menyerap warna, dsb.
Berfungsi untuk menghias barang mebel dari kayu seperti meja, kursi, almari atau benda-benda hias/souvenir  topeng,  enthong, layah dan benda dari kayu lainnya.   
2.                  Bahan perintang warna (lilin/ malam).
            Lilin atau malam batik, dalam batik termasuk bahan pokok dan pegang peranan. Lilin sebagai bahan perintang atau penolak warna (bagian yang ditutup malam tidak terkena warna), sehingga motif batik yang dikehendaki dapat jelas sesuai dengan disain.  Lilin batik dibedakan menjadi:
1.                  Malam  klowong, malam yang dipakai untuk nglowongi (ngengreng)
2.                  malam tembokan, untuk menutup bagian kain yang akan diblok/tembok (nantinya tetap putih/sesuai warna semula).
3.                   Bahan pewarna
Bahan warna dibedakan antara:
1.                  Pewarna alam.
             Bahan warna yang berasal dari alam, seperti tumbuh-tumbuhan, tulang, tanah, dan sebagainya. Tetapi sampai saat ini warna batik pada umumnya memakai bahan dari tumbuh-tumbuhan, baik yang berasal dari akar, daun, batang (kayu), bunga. Bahan pewarna alam memerlukan bahan lain yang digunakan sebagai campuran, atau sebagai bahan untuk mengunci warna (fixasi) agar tidak mudah luntur. Bahan pewarna alam misalnya: kunyit untuk warna kuning, indigo atau tom untuk warna biru, soga tingi untuk warna coklat, akar pohon mengkudu untuk warna merah, air daun teh untuk warna coklat,dan sebagainya. Bahan bantu diantaranya air kapur, tetes, air jeruk nipis, tawas, dan sebagainya.
 
1.                   Pewarna sintetis/ kimia.
Bahan warna yang dibuat dari senyawa kimia. Contoh indogosol, remasol, naphtol, dsb. Pewarna sintetis mempunyai sifat berbeda antara satu dengan yang lain. Zat warna yang langsung muncul warna sesuai yang dikehendaki dari jenis Direk seperti: remasol,  pigmen, langsung dapat dilihat warna sesuai yang dikehendaki, sebagai pengunci warna atau penguat supaya tidak mudah luntur diperlukan water glass, atau lainnya sesuai jenis zat warna.  Ada pula zat warna yang memerlukan komponen lain agar muncul warna, misalnya Zat warna Naphtol Garam /Garam Diazo (dengan lambang AS) memerlukan TRO (Tuorkis Red Oil), Soda Kaustik, dan air panas kemudian  garam diazo untuk memunculkan warna.
Pewarna Remasol, dipergumakan untuk teknik colet. Sebagai pengunci  fixasi diperlukan Natrium  Silikat atau dipasaran  lebih  dikenal  dengan water glass.
5. Alat untuk batik dibedakan
1.                  Persiapan
1.                  Membuat desain : meja, kertas, pensil dan penggaris
2.                  Mola atau memindah desain/menggambar di kain: meja, kertas, pensil, penggaris.
1.                  . Alat Membatik
1.Kompor  batik
        Kompor minyak tanah atau dengan listrik/komor listrik sudah lengkap dengan            wajan batik
2.wajan batik  (kecil).
3.            Canthing :
1. klowong, mempunyai lubang berukuran medium, berfungsi untuk membatik bagian rerengan/outline dan isen-isen
2.             canthing cecek berlubang kecil, berfungsi untuk membuat cecek (titik-titik)
3.   canthing tembokan, berlubang lebih besar. Berfungsi untuk menutup bagian-bagian kain yang leba atau yang dikehendaki tetap purih, misalnya bagian dasar yang direncanakan tetap berwarna putih maka perlu ditutup dengan lilin, supaya tidak kemasukan warna. Canthing seperti halnya kompor juga sudah dikembangkan canthing listrik sehingga panas lilin dapat lebih stabil
1.                  Gawangan, alat untuk meletakan (menyampirkan bhs Jawa) kain
2.                  Dingklik, untuk duduk saat membatik.
1.      Alat Mewarna
1.                  Ceret/ panci kecil
2.                  Kompor
3.                  2 buah mangkok plastik /panci kecil (bukan aluminium) untuk mencampur warna
4.                  sendok/pengaduk
5.                  2 buah bak celup /ember plastik besar
6.                  sarung tangan karet
7.                  ember cuci
1.                  Alat untuk menghilangkan  lilin (nglorod)
1.                  Kompor besar,
2.                  panci atau drum 
3.                  solet/irus,
4.                  ember untuk mencuci,



1.                  PROSES BATIK
Secara garis besar proses membatik melalui beberapa tahap yaitu:
1.                  Persiapan
2.                  Membatik :Ngengreng/nglowongi, Nerusi, Nembok,
3.                  Medel ( mewarna biru),
4.                  Bironi, 
5.                  Nyoga,
6.                  Nglorod.  Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut.:

1.                  Persiapan
1.      Membuat desain di atas kertas
1.      Mola/nyorek, menggambar di kain dengan pinsil sesuai dengan desain
B. Membatik (pelekatan lilin).
Membatik melalui beberapa tahap dengan urutan sebagai berikut:
1. Nglowongi (ngengreng), membatik bagian pinggir motif: bunga, daun, binatang,   dsb. Dilanjutkan ngiseni (ngisi): memberi motif isen-isen pada motif pokok dan motif pengisi misalnya: cecek, sawut, manggaran, sisik, dsb
2. Nerusi. Membatik ulang bagian belakang kain yang sudah di batik sesuai motif yang di terusi. 
3. Nembok: menutup (ngeblok) dengan lilin pada bagian kain yang direncanakan tidak terkena warna.  Apabila bidang kecil digunakan canthing tembokan bila bidang luas, dasaran (latar untuk istilah batik) misalnya dapat digunakan kuas atau canthing tembokan pada bagian carat/cucuk di tambah/ diikat benang .  
1.                  Medel dengan zat warna sintetis naphtol.
 Batik tradisional Surakarta dan Yogyakarta hanya dua macam warna yaitu warna biru dan warna coklat. Pewarnaan tahap pertama adalah mewarna biru, dalam batik pekerjaan mewarna biru disebut medel  Kemudian di persiapkan untuk warna ke dua yaitu warna coklat disebut soga, pekerjaan mewana coklat disebut nyoga.
Proses mewarna dengan zat warna Napthol dapat dijelaskan sebagai berikut:
Mempersiapkan zat warna:
Mewarna dengan naphtol diperlukan dua larutan, tahap I kain yang sudah dibatik dimasukan kedalam larutan naphtol, pada tahap ini kain akan berwarna kuning, tetapi kalau kena air akan luntur. Selanjutnya dicelup kedalam larutan Garam, pada tahap ini warna baru akan  muncul.
Perbandingan dan kebutuhan untuk mewarna 1 kain jarik berukuran 2,25 m - 2,5 m diperlukan Naphtol dan Garam sebagai berikut:
Larutan Napthol dan Garam diazo

Larutan I:
1 bagian Naphtol (AS) = 2-4 gram/liter, soda kostik= 1,5- 2 x jumlah naphtol
TRO =1-2 jumlah naphtol


Larutan I:
Naphtol : 4 gram AS                       
                 8 gram soda kostik,       
 4-8 gram  TRO,
 
Larutan II:
2-3 bagian x Garam diazo = 6-12 gram/liter ditambah air dingin (secukupnya) 



Larutan II:
Garam diazo  : 8 -12 gram Biru  BB                    atau Biru B atau campuran keduanya.
air dingin untuk melarutkan

Membedakan Naphtol dengan Garam, untuk naphtol diberi simbol AS diikuti kode warna. Misalnya ASG (kuning), ASLB (coklat), ASBO ( hitam), ASD (merah jambu) dan sebagainya. Sedangkan untuk Garam menunjuk langsung pada  kode warna misalnya Biru B, Biru BB, Merah R, Merah B, Kuning GC, Violet , Hitam B


Cara melarutkan :
Larutan I
1.                  bubuk naphtol dipasta dengan menuangkan TRO, kemudian diaduk sampai rata
2.                  Selanjutnya dituangkan air panas sedikit demi sedikit kira-kira 15-25 cc sambil diaduk hingga tercapur secara homogen
Larutan Napthol dan Garam diazo
3.                  Soda kostik dimasukan sedikit demi sedikit sambil diaduk, hingga diperoleh larutan yang jernih kekuningan. Apabila soda kostik sudah habis tetapi larutan masih keruh dipanaskan diatas api kecil dengan hati- hati sambil diaduk-aduk sampai  jernih.
Larutan II:
1.                  8 -12 gram garam diazo dipasta terlebih dahulu dengan cara dituang air dingin sedikit demi sedikit diaduk sampai rata
2.                  kemudian ditambah air secukupnya
 Tenik mewarna
a. Batikan ((kain yang sudah di batik) di basahi, dengan memasukan kedalam bak /ember berisi air bersih secara merata kemudian ditiriskan.
b. bak/ember untuk mewarna, diisi air bersih kira-kira 1 - 1,5 liter,  tuang  larutan 1   ( naptol)  kurang  lebih separohnya, campur sampai rata.
 c. lakukan juga untuk larutan ke 2 (garam).
d. batikan dimasukan kedalam larutan naphtol (larutan I) sedikiti demi sedikit dari ujung ke ujung sambil ditarik pelan-pelan dengan hati-hati sampai rata, jangan sampai lilin batikan rusak/pecah. Setelah selasai kain akan berwarna kekuningan, kemudian tiriskan ditempat yang  teduh..
e. langkah selajutnya setelah tiris/atus dimasukan kedalam larutan garam diazo (larutan II) sampai rata, lakukan dengan hati-hati sama dengan mencelup pada naptol, kain akan menjadi biru kemudian  tiriskan.
f. Dicuci sampai bersih. Apabila kurang tua diulangi dari proses pertama (b) sampai diperoleh warna yang dikehendaki

a. Ngerok (melepaskan) lilin pada bagian kain batikan yang akan diwarna coklat (warna ke 2).
b. nembok,  menutup kain dengan lilin pada bagian kain yang sudah berwarna biru (warna 1) agar tetap berwarna biru. 
c. Nyulami, memperbaiki batikan (bagian lilin) yang terkelupas agar bagian kain yang direncanakan  putih tetap putih.
E. Nyoga (mewarna coklat warna 2)
Menyiapkan warna coklat/  soga
Larutan I :
Naphtol:
 4 gram ASLB
6-8 gram soda kostik
 4-8 gram TRO
air  Panas

1. Pembilasan dengan larutan TRO


2. Pencelupan dengan Larutan Napthol
3. Pencelupatan dengan larutan Garam diazo

5. Pemjemuran setelah pewarnaan

6. Pelorodan malam pada kain

7. penjemuran setelah pelorodan
8, Hasil membatik di pamerkan di ruang perpustakaan sekolah
 


Demikian pengantar belajar membatik yang dapat kami sampaikan. Semoga pengantar ini mudah dipahami dan selanjutnya  bermanfaat bagi siswa-siswi SMAN I TRAWAS dalam belajar dan mengembangkan budaya lokal terutama Batik. Akhirnya
     ” SELAMAT    BERKARYA”
             
                                                                             Trawas, memory  by.agus s

 ===============================================================









0 komentar:

Posting Komentar