WORK SHOP BATIK
DI SMAN I TRAWAS
MOJOKERTO – JAWA TIMUR
1.
Arti Kata Batik
Secara etimologi Kawindra Susanto membahas tentang arti kata
batik, bahwa kata Batik berasal dari kata “
Tik” yang berarti kecil. Hal ini
identik dengan kebiasaan orang Jawa dalam menyebut sesuatu yang bersifat kecil, misalnya benthik,
yaitu persinggungan kecil dua buah benda, klithik yang berarti warung kecil, jenthik yaitu jari
kelingking, dan lain-lain.
Ditinjau dari
perbendaharaan bahasa Jawa, “mbatik” dari
dua kata Jawa ngoko yang berlainan arti yaitu “mbat” dari kata ngembat
yang berarti memainkan, menarik (busur, melayangkan tombak), mengerjakan
bersama-sama, mempertimbangkan, mencoba pikulan (kuat tidaknya). Sedangkan “tik” dari kata “nitik” yang berarti memberi titik,
mencari barang yang hilang, mengetahui ciri-cirinya: nama macam batik[1]. Dalam bahasa Jawa penyatuan dua kata
yang berlainan arti disebut “jarwodosok” (dipadatkan),
yaitu dengan mengambil suku kata
terakhir dari dua kata tersebut yang membentuk kata baru dan mempunyai arti baru pula.
Poerwodarminto kata batik dalam kamusnya diartikan:
Batik 1; kain dan sebagainya yang bergambar
(bercorak,beragi) yang membuatnya dengan cara tertentu (mula-mula ditulis atau
ditera dengan lilin lalu diwarnakan dengan tarum dan soga). Misal: memakai kain
-- dari Solo -- : --- ditulis –an
(seratan), batik yang ditulis (diserat) bukan cap (dicetak):-- cap, batik
yang dicetak (dicap): Perusahaan----, perusahaan yang membuat kain – batik. [2]
Sehingga dari uraian diatas Batik dapat diartikan: kain
bermotif/bercorak yang proses pembuatannya dengan menggunakan teknik tutup
celup, dengan menggunakan alat canthing dan lilin batik sebagai
perintang warna.
Tutup, artinya menutup permukaan kain dengan lilin menggunakan
alat canthing pada bagian-bagian
yang direncanakan tidak terkena warna.
Celup, maksudnya mencelup, memberi warna pada batikan (kain
yang sudah dibatik) dengan cara mencelupkan (memasukan) kedalam zat warna (dingin).
2.
JENIS BATIK
Mengacu pada definisi diatas,
maka kain batik adalah kain bermotif/bercorak yang proses pembuatannya dengan
cara di serat (di tulis) atau dibatik dengan
menggunakan alat canthing dan lilin
batik sebagai bahan perintang warna, dikenal sebagai batik tulis. Pada perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan akan sandang yang semakin meningkat,
ditemukan alat cap sebagai pengganti canthing. Kain yang dihasikan dikenal
dengan nama batik cap.
Perbedaan batik tulis dengan
batik cap terletak pada alat yang digunakan. Batik Cap menggunakan alat
cap/stempel dari bahan tembaga, permukaannya dibuat motif sesuai dengan motif
yang direncanakan/dikehendak. Bahan perintang warna dipakai lilin batik seperti
pada batik tulis. Demikian juga bahan warna dan proses pewarnaannya sama dengan
batik tulis
Motif-motif batik cap tidak berbeda dengan batik tulis,
seperti motif sidoluhur, motif semen rama, motif tambal, dan sebagainya.
Hal ini perlu diketahui dan dipahami agar tidak keliru
dengan kain cita bermotif batik, yang banyak berkembang akhir-akhir ini. Kain
cita diproses dengan teknik printing
atau sablon jadi bukan batik.
Ditemukannya alat cap, maka kreatifitaspun mucul yaitu menggabungkan 2
teknik tersebut kemudian dikenal batik kombinasi, yaitu kain batik yang proses
pembuatannya di cap terlebih dahulu pada motif utama atau pada klowongan,
kemudian pada bagian isen – isen dibatik dengan canthing. Proses selanjutnya
sama seperti proses batik tulis atau batik cap. Dengan demikian dari segi teknik
pembatikan dikenal 3 macam yaitu: batik
tulis, batik cap dan batik kombinasi.
PENGGOLONGAN POLA BATIK
Secara garis besar pola batik di bagi menjadi dua:
1.
Pola-pola Geometris
2.
Pola-pola Semen
1.
Pola Geometris
Pola
– pola batik yang tersusun dari motif-motif terukur seperti: segi tiga, segi
empat, lingkaran dan sebagainya, meskipun dalam penggambarannya/bentuknya tidak
ansih bentuk-bentuk geometri sebenarnya, tetapi kesan yang ditangkap indra mata adalah bentuk-bentuk geometri.
Pola-pola yang termasuk Geometris[1]
yaitu:
Pola Banji , Ceplok/ceplokan, Ganggong, Kawung, Parang
1. Pola Banji
Pola Banji dalam Batik mempunyai berbagai macam bentuk.
Mulai dari yag sederhana berupa tanda simpang empat (+), bagian ujungnya ada
tambahan garis ke kiri dan ke kanan sehingga tampak semacam ruas yang disebut swastika. Swastika
dalam bahasa sanksekerta mempunyai arti
kebahagiaan, makmur. Dari motif swastika yang sederhana diperoleh berbagai
macam pola
2. Pola Ceplok
Ceplok diartikan
mirip dengan buah manggis, kembang/bunga
cengkeh (benda-benda yang ditiru/digambar) Pola ceplok terdiri dari unsur garis
yang membentuk lingkaran, segi empat, jajaran genjang, empat persegi panjang,
segi tiga dan bentuk geometri lain.
Namun bentuk-bentuk tersebut sebenarnya merupakan stilasi dari benda- benda
yang ada di alam, seperti: tumbuh-tumbuhan, binatang, alam benda, dan lain
sebagainya. Sehingga motif ceplok merupakan pola-pola yang mirip dengan
benda-benda yang diacu atau yang digambar/ditiru. Misalnya; kembang gambir,
kembang cengkeh, kapas baris, kembang waru, ceplok manggis, sidomukti,
sidoluhur dan sebagainya.
3. Pola
Ganggong
Ganggong, merupakan tanaman yang tumbuh di rawa-rawa,
karena bentuknya yang mirip serat seperti bunga, sehingga ada kalanya dibuat
untaian /dironce. Oleh karena itu
motif ganggong mirip dengan ceplok. Pola ganggong tidak hanya stilasi dari
tumbuh-tumbuhan, tetapi juga unsur
lain selain tumbuh-tumbuhan. Sulit
untuk membedakan dengan ceplok, sehingga seringkali dimasukan dalam kelompok
ceplok. Contohnya
Ganggong bronto, ganggong jubin, ganggong
wibowo, ganggong curigo, dll.
4. Pola Kawung.
Pola
kawung dapat juga dimasukan dalam pola ceplok, tetapi karena bentuknya yang
khas, sehingga dibahas/ atau dikelompokan sendiri. Nama kawung sendiri diambil
dari kowang atau kewangwung yaitu sejenis serangga kumbang kelapa yang
bentuknya oval. Namun ada juga
pendapat bahwa kawung dari nama kawung atau kaung yaitu daun pohon aren
yang berbuah kolang-kaling. Buah kolang-kaling berbentuk bulat panjang (oval)
berwarna putih bening. Variasi dari motif kawung tidak begitu banyak, variasi
dilakukan hanya pada permainan ukuran besar kecildan hiasan lainnya. Mis; kawung picis, kawung sen, dll
5. Parang: Motif - batik yang mengacu pada pola-pola garis miring dan yang menjadi
ciri khas terdapat unsur motif: alis-alisan, mata gareng, bagongan, sirapan, mlinjon dan
uceng. Meskipun kadang ada motif parang yang tidak memasukan semua
unsur-unsur tersebut hanya beberapa unsur saja misalnya bagongan saja, tanpa
uceng, tanpa mlinjon, dsb.Contoh parang kusumo, parang rusak, parang barong,
dsb.
6. Motif anyaman: Moti batik yang mengacu pada bentuk
anyaman.atau tenunan.
1.
Pola Semen.
Semen ada yang menyebut motif kembang, karena motifnya diambil
dari tumbuh-tumbuhan yang pada umumnya kembang atau bunga. Kata Semen sendiri
dari bahasa Jawa yaitu dari kata semi, artinya pertumbuhan daun-daun pada
tanaman. Pola semen adalah hiasan bunga-bunga dan hiasan daun-daunan yang dalam
bentuk gambarnya terdapat tunas-tunas melingkar. Seringkali dikombinasi dengan
motif binatang atau bentuk-bentuk lain seperti awan, rumah/joli, lar, galar dan
sebagainya.[1]
Pola semen dari
unsur motifnya dapat dibedakan :
Semen yang terdiri dari bunga
dan daun
Semen yang terdiri dari
lar-laran dan bunga
Semen yang terdiri dari, bunga dan binatang[2]
Contoh motif semen; alas-alasan, semen kukila, babon angrem, wahyu tumurun, dsb.
II. ALAT DAN BAHAN.
Membuat batik diperlukan alat dan bahan.
Bahan dikelompokan menjadi :
1.
Bahan dasar/pokok,
Yaitu kain atau kayu (topeng,
dsb) yang akan dibatik. Dimasa sekarang banyak dikenal bermacam-macam jenis
kain, tetapi tidak semua kain dapat dibatik. Kain yang dapat dibatik adalah
kain yang dapat menyerap zat warna dengan baik, lilin malam dapat menempel
dengan baik, tahan dalam air panas. Pada umumnya kain yang dipakai untuk batik;
kain sutera dan kain dari bahan kapas dikenal dengan kain katun. Kain katun
dibedakan menurut kwalitasnya yaitu primissima jenis kwalitas yang halus, prima
jenis yang menengah dan kain biru jenis kwalitas yang jelek.
Pada perkembangannya teknik
batik tidak hanya diterapkan pada kain saja tetapi juga pada kayu. Hampir semua
jenis kayu dapat dibatik, tetapi pada umumnya kayu yang dibatik adalah kayu
sengon, warna kayunya putih dan menyerap warna. Kayu jati warna kayu agak lebih
gelap tetapi dapat menyerap warna dengan
baik, kayu kuda yang biasa dipakai untuk membuat topeng warnanya putih
dan menyerap warna, dsb.
Berfungsi untuk menghias barang
mebel dari kayu seperti meja, kursi, almari atau benda-benda hias/souvenir topeng,
enthong, layah dan benda dari
kayu lainnya.
2.
Bahan perintang warna (lilin/ malam).
Lilin atau malam batik, dalam batik termasuk bahan pokok
dan pegang peranan. Lilin sebagai bahan perintang atau penolak warna (bagian
yang ditutup malam tidak terkena warna), sehingga motif batik yang dikehendaki
dapat jelas sesuai dengan disain. Lilin
batik dibedakan menjadi:
1.
Malam klowong, malam yang dipakai untuk nglowongi
(ngengreng)
2.
malam tembokan,
untuk menutup bagian kain yang akan diblok/tembok (nantinya tetap putih/sesuai
warna semula).
3.
Bahan pewarna
Bahan warna dibedakan antara:
1.
Pewarna alam.
Bahan warna yang berasal dari alam, seperti
tumbuh-tumbuhan, tulang, tanah, dan sebagainya. Tetapi sampai saat ini warna
batik pada umumnya memakai bahan dari tumbuh-tumbuhan, baik yang berasal dari
akar, daun, batang (kayu), bunga. Bahan pewarna alam memerlukan bahan lain yang
digunakan sebagai campuran, atau sebagai bahan untuk mengunci warna (fixasi)
agar tidak mudah luntur. Bahan pewarna alam misalnya: kunyit untuk warna
kuning, indigo atau tom untuk warna biru, soga tingi untuk warna coklat, akar
pohon mengkudu untuk warna merah, air daun teh untuk warna coklat,dan sebagainya. Bahan bantu diantaranya air
kapur, tetes, air jeruk nipis, tawas, dan sebagainya.
1.
Pewarna sintetis/
kimia.
Bahan warna yang dibuat dari
senyawa kimia. Contoh
indogosol, remasol, naphtol, dsb. Pewarna sintetis
mempunyai sifat berbeda antara satu dengan yang lain. Zat warna yang langsung
muncul warna sesuai yang dikehendaki dari jenis Direk seperti: remasol, pigmen, langsung dapat dilihat warna sesuai
yang dikehendaki, sebagai pengunci warna atau penguat supaya tidak mudah luntur
diperlukan water glass, atau lainnya
sesuai jenis zat warna. Ada pula zat
warna yang memerlukan komponen lain agar muncul warna, misalnya Zat warna
Naphtol Garam /Garam Diazo (dengan lambang AS) memerlukan TRO (Tuorkis Red
Oil), Soda Kaustik, dan air panas kemudian
garam diazo untuk memunculkan warna.
Pewarna Remasol, dipergumakan
untuk teknik colet. Sebagai pengunci
fixasi diperlukan Natrium Silikat
atau dipasaran lebih dikenal
dengan water glass.
5. Alat
untuk batik dibedakan
1.
Persiapan
1.
Membuat desain :
meja, kertas, pensil dan penggaris
2.
Mola atau memindah
desain/menggambar di kain: meja, kertas, pensil, penggaris.
1.
. Alat Membatik
1.Kompor batik
Kompor minyak tanah atau dengan
listrik/komor listrik sudah lengkap dengan wajan batik
2.wajan batik (kecil).
3.
Canthing
:
1. klowong,
mempunyai lubang berukuran medium, berfungsi untuk membatik bagian
rerengan/outline dan isen-isen
2.
canthing cecek berlubang kecil, berfungsi
untuk membuat cecek (titik-titik)
3.
canthing tembokan,
berlubang lebih besar. Berfungsi untuk menutup bagian-bagian kain yang leba
atau yang dikehendaki tetap purih, misalnya bagian dasar yang direncanakan
tetap berwarna putih maka perlu ditutup dengan lilin, supaya tidak kemasukan
warna. Canthing seperti halnya kompor juga sudah dikembangkan canthing listrik
sehingga panas lilin dapat lebih stabil
1.
Gawangan, alat
untuk meletakan (menyampirkan bhs Jawa) kain
2.
Dingklik, untuk
duduk saat membatik.
1.
Alat Mewarna
1.
Ceret/
panci kecil
2.
Kompor
3.
2
buah mangkok plastik /panci kecil (bukan aluminium) untuk mencampur warna
4.
sendok/pengaduk
5.
2 buah bak celup
/ember plastik besar
6.
sarung tangan karet
7.
ember cuci
1.
Alat untuk menghilangkan
lilin (nglorod)
1.
Kompor
besar,
2.
panci
atau drum
3.
solet/irus,
4.
ember
untuk mencuci,
1.
PROSES BATIK
Secara garis besar proses
membatik melalui beberapa tahap yaitu:
1.
Persiapan
2.
Membatik :Ngengreng/nglowongi, Nerusi, Nembok,
3.
Medel ( mewarna biru),
4.
Bironi,
5.
Nyoga,
6.
Nglorod. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai
berikut.:
1.
Persiapan
1.
Membuat desain di atas
kertas
1.
Mola/nyorek, menggambar
di kain dengan pinsil sesuai dengan desain
B. Membatik (pelekatan lilin).
Membatik melalui beberapa tahap dengan urutan
sebagai berikut:
1. Nglowongi
(ngengreng), membatik bagian pinggir motif: bunga, daun, binatang, dsb. Dilanjutkan ngiseni (ngisi): memberi motif isen-isen
pada motif pokok dan motif pengisi misalnya: cecek, sawut, manggaran, sisik,
dsb
2. Nerusi. Membatik ulang bagian belakang kain yang sudah di batik
sesuai motif yang di terusi.
3. Nembok: menutup (ngeblok) dengan lilin pada bagian kain yang
direncanakan tidak terkena warna. Apabila bidang kecil digunakan canthing
tembokan bila bidang luas, dasaran (latar
untuk istilah batik) misalnya dapat digunakan kuas atau canthing tembokan
pada bagian carat/cucuk di tambah/ diikat benang .
1.
Medel dengan zat warna sintetis naphtol.
Batik tradisional Surakarta dan Yogyakarta hanya dua
macam warna yaitu warna biru dan warna coklat. Pewarnaan tahap pertama
adalah mewarna biru, dalam batik pekerjaan mewarna biru disebut medel Kemudian di persiapkan untuk warna ke
dua yaitu warna coklat disebut soga,
pekerjaan mewana coklat disebut nyoga.
Proses mewarna dengan zat warna Napthol dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Mempersiapkan
zat warna:
Mewarna dengan naphtol
diperlukan dua larutan, tahap I kain yang sudah dibatik dimasukan kedalam
larutan naphtol, pada tahap ini kain akan berwarna kuning, tetapi kalau kena
air akan luntur. Selanjutnya dicelup kedalam larutan Garam, pada tahap ini
warna baru akan muncul.
Perbandingan dan kebutuhan untuk mewarna 1 kain jarik
berukuran 2,25 m - 2,5 m diperlukan Naphtol dan Garam sebagai berikut:
Larutan I:
1 bagian Naphtol (AS) = 2-4 gram/liter, soda
kostik= 1,5- 2 x jumlah naphtol
TRO =1-2 jumlah naphtol
Larutan I:
Naphtol : 4 gram
AS
8 gram soda kostik,
4-8 gram TRO,
Larutan II:
2-3 bagian x Garam diazo = 6-12 gram/liter
ditambah air dingin (secukupnya)
Larutan II:
Garam diazo : 8 -12 gram Biru BB atau Biru B atau campuran
keduanya.
air
dingin untuk melarutkan
Membedakan Naphtol dengan
Garam, untuk naphtol diberi simbol AS diikuti kode warna. Misalnya ASG
(kuning), ASLB (coklat), ASBO ( hitam), ASD (merah jambu) dan sebagainya.
Sedangkan untuk Garam menunjuk langsung pada
kode warna misalnya Biru B, Biru BB, Merah R, Merah B, Kuning GC, Violet
, Hitam B
Cara
melarutkan :
Larutan I
1.
bubuk naphtol
dipasta dengan menuangkan TRO, kemudian diaduk sampai rata
2.
Selanjutnya
dituangkan air panas sedikit demi sedikit kira-kira 15-25 cc sambil diaduk
hingga tercapur secara homogen
Larutan Napthol dan Garam diazo |
Larutan II:
1.
8 -12 gram garam
diazo dipasta terlebih dahulu dengan cara dituang air dingin sedikit demi
sedikit diaduk sampai rata
2.
kemudian ditambah
air secukupnya
Tenik mewarna
a. Batikan ((kain yang sudah di batik) di
basahi, dengan memasukan kedalam bak /ember berisi air bersih secara merata
kemudian ditiriskan.
b. bak/ember untuk mewarna,
diisi air bersih kira-kira 1 - 1,5 liter,
tuang larutan 1 ( naptol)
kurang lebih separohnya, campur
sampai rata.
c. lakukan juga untuk larutan ke 2 (garam).
d. batikan dimasukan kedalam
larutan naphtol (larutan I) sedikiti demi sedikit dari ujung ke ujung sambil
ditarik pelan-pelan dengan hati-hati sampai rata, jangan sampai lilin batikan
rusak/pecah. Setelah selasai kain akan berwarna kekuningan, kemudian tiriskan
ditempat yang teduh..
e. langkah selajutnya setelah
tiris/atus dimasukan kedalam larutan
garam diazo (larutan II) sampai rata, lakukan dengan hati-hati sama dengan
mencelup pada naptol, kain akan menjadi biru kemudian tiriskan.
f. Dicuci sampai bersih. Apabila kurang tua diulangi dari
proses pertama (b) sampai diperoleh warna yang dikehendaki
a. Ngerok (melepaskan) lilin pada bagian kain batikan yang akan
diwarna coklat (warna ke 2).
b. nembok, menutup kain dengan lilin pada bagian kain
yang sudah berwarna biru (warna 1) agar tetap berwarna biru.
c. Nyulami, memperbaiki
batikan (bagian lilin) yang terkelupas agar bagian kain yang direncanakan putih tetap putih.
E. Nyoga
(mewarna coklat warna 2)
Menyiapkan warna coklat/ soga
Larutan I :
Naphtol:
4 gram ASLB
6-8 gram soda kostik
4-8 gram TRO
air Panas
|
1. Pembilasan dengan larutan TRO |
2. Pencelupan dengan Larutan Napthol |
3. Pencelupatan dengan larutan Garam diazo |
5. Pemjemuran setelah pewarnaan |
6. Pelorodan malam pada kain |
7. penjemuran setelah pelorodan |
8, Hasil membatik di pamerkan di ruang perpustakaan sekolah |
Demikian pengantar belajar
membatik yang dapat kami sampaikan. Semoga pengantar ini mudah dipahami dan
selanjutnya bermanfaat bagi siswa-siswi
SMAN I TRAWAS dalam belajar dan mengembangkan budaya lokal terutama Batik.
Akhirnya
” SELAMAT BERKARYA”
Trawas, memory by.agus s
===============================================================
0 komentar:
Posting Komentar